
KONFRONTASI- Semester pertama 2021, ekonomi sangat muram dan kelam, dalam zona merah-hitam, tidak ada pertumbuhan, malah negative dan sangat mungkin krisis ekonomi meledak dan krisis sosial marak di tengah pandemi corona. Mengapa? Menkeu terbalik Sri Mulyani yang sangat Neoliberal, terbukti gagal, terus nambah utang, tapi daya beli rakyat terus anjlok. Sri Mulyani pernah bilang ekonomi pingsan dan dia tak punya terobosan.
Dalam kaitan itu, tokoh nasional Rizal Ramli (RR) sudah menyebut ciri-ciri dari pemimpin negara yang hebat, dan pemimpin yang gagal.
Menurutnya, pemimpin yang hebat harus dikelilingi oleh penasihat yang hebat dan pintar.
Rizal menontohkan di antaranya mantan Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy, Presiden pertama Indonesia Soekarno, serta Presiden kedua Indonesia Soeharto.
"Pemimpin-pemimpin hebat biasanya dikelilingi penasihat-penasihat pintar dan hebat. (Contohnya) John F. Kennedy, Bung Karno, Soeharto, dan sebagainya," cuit Rizal melalui akun Twitter-nya @RamliRizal, Kamis 9 Juli 2020.
Menurut mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman di era Presiden Jokowi jilid 1 ini membeberkan, sebenarnya John F. Kennedy tidak terlalu hebat, namun ia memiliki penasihat yang berkelas.
Rizal pun turut menyindir pemimpin yang malas membaca sehingga membuat dirinya gagap ketika dihadapkan pada krisis.
"JFK waktu kuliah biasa-biasa saja, tapi penasihatnya top. Ada pimpinan yang merasa ‘hebat’, padahal malas baca, advisor-advisor hanya hadiah pernah bantu. Ya jadinya gagap, apalagi krisis," sindir RR, mantan tokoh Dewan Mahasiswa ITB.
Selanjutnya, Rizal mengungkapkan bukti pemimpin lain yang memiliki penasihat hebat.
Kali ini adalah mantan Presiden Amerika Serikat Richard Nixon yang pernah tersandung kasus Watergate di tahun 1972.
"Presiden Nixon jago politik dan masalah dalam negeri AS, tapi buta politik luar negeri. Dia sampai ngemis 3 kali minta (Henry) Kissinger (diplomat AS) gabung," ucap Rizal.
Tidak berhenti sampai situ, mantan Menteri Ekonomi era Presiden Gus Dur itu juga menjelaskan penasihat-penasihat di era Soeharto.Kala itu, Soeharto yang merupakan jendral teruji tahu diri bahwa dirinya lemah di bidang ekonomi dan sosial.
Alhasil, Soeharto memilih Widjojo Nitisastro dan kawan-kawan untuk membantu dalam bidang ekonomi.
Sementara itu, Prof. Selo Soemardjan dan Prof. Koentjaraningrat dipilih Soeharto untuk memberi nasihat di bidang sosiologi dan antropologi.
Lagi-lagi, Rizal menyindir pemimpin yang tidak suka membaca karena dianggap berbanding terbalik dengan pemimpin-pemimpin terdahulu.
"Ada yang tidak doyan baca, dikitari ABS (Asal Bapak Senang) dan KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Ya gagap, ambyar," cuit Rizal.
Sebelumnya, pemimpin-pemimpin pergerakan Indonesia memang terkenal rajin membaca pengalaman dari seluruh dunia.
Rizal menyebut ada HOS Tjokroaminoto, Soekarno, Moh. Hatta, Moh. Natsir, Ali Sostro, Agus Salim, dan Sutan Syahrir.
Tidak sedikit pula dari mereka yang membaca secara otodidak.Hal ini disebabkan mereka semua memiliki karakter yang kuat karena ditempa oleh perjuangan yang panjang dan sense of mission yang kuat.
Dan yang terakhir, ada Soekarno yang pernah minta penjaranya dipindahkan demi bisa membaca buku.
"Ketika Soekarno dipenjara di Banceui, dia menulis surat kepada Gubernur Jendral supaya dipindahkan ke penjara Sukamiskin, penjara khusus untuk Belanda. Hanya karena di situ banyak buku dan perpustakaan," tulis pria yang rajin mengkritik pemerintah tersebut.
"Bung Karno, insinyur yang banyak baca. Ketika dibuang ke Ende, Flores, makin banyak yang dibaca," tandas RR, Menko Ekuin Presiden Gus Dur.