
KONFRONTASI- Tokoh nasional Rizal Ramli (RR) mengingatkan bahwa, "Pemerintah Jokowi dianggap terlalu Pro-Beijing", pro-China, padahal politik luar negeri Indonesia harusnya Non-Blok dan Bebas Aktif. Dari perspektif geopolitik, posisi Indonesia yang ngeblok ke China itu tidak menguntungkan kepentingan nasional karena membuat Indonesia tengah berada dalam kepungan dan kompetisi antara Amerika Serikat dan China.
"Apapun hari ini ada kompetisi yang luar biasa antara Amerika dan China," ujar RR, Menko Ekuin Presiden Gus Dur
Dalam perebutan kekuasaan di mata dunia, dua negara yang tengah menguasai pasar ekonomi global itu, menurut Rizal Ramli, sudah pasti berebut hubungan strategis secara dominan dengan Indonesia. China selama ini sudah mengambil keuntungan dengan memberi pinjaman pada Pakistan dan Sri Lanka dengan pola ''jebakan utang ala RRC''.
Sri Lanka, Pakistan dan negara-negara di Afrika dijebak sedemikian rupa oleh ''debt trap policy'' China dan itu memaksa Sri Lanka dan Pakistan memberikan kontrak hak pakai wilayahnya lebih lama yakni selama 100-200 tahun bagi China. Politik ''Jebakan Utang'' yang nyaris sama juga mau dipakai China di Indonesia dan Malaysia, namun di Malaysia dilawan PM Mahathir Mohamad. Nah kita bagaimana? Kita khawatir RI masuk perangkap China itu.
"Dalam konteks geopolitik Asia dan global, Indonesia menjadi sangat penting. Karena kita ini kan rajanya Asia Tenggara, atau 'premannya' Asia Tenggara," kata RR. Simak video inihttps://www.youtube.com/watch?v=M7NRkm-4BU8
Pada zaman Presiden RI pertama, Soekarno, Rizal Ramli memaparkan satu contoh hubungan baik Indonesia dengan Amerika Serikat, meskipun di satu sisi pemerintah Soekarno kala itu juga menjaga hubungan baik dengan Uni Soviet. Pada tahun 1950-1960, kondisi politik Indonesia tengah berkecamuk kembali, karena Belanda berusaha agar Irian Barat tetap menjadi wilayah jajahannya. Namun, kata Rizal Ramli, Indonesia berusaha agar Irian Barat (sekarang Papua), kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi.
Dalam menyelesaikan masalah itu, RR menjelaskan bahwa Soekarno meminta bantuan kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy untuk menekan Belanda, agar mengembalikan Papua kepada Indonesia.
"Bung Karno pinter dia. Dia beli (alutsista ke Rusia) dapat diskon tinggi. Angkatan Laut Indonesia, Angkatan Udara Indonesia jadi paling kuat di Asia. Abis itu dia ke Washington ketemu Kennedy," kata Rizal Ramli.
Menurut RR, hubungan internasional kita harusnya berfokus pada upaya untuk menguntungkan dan memperkuat Indonesia di fora internasional
(berbagai sumber)