
KONFRONTASI- Pengamat politik Muslim Arbi menegaskan, gaduh dan ribut soal Freeport di Tambang Emas Tembagapura, Papua bisamembahayakan Indonesia karena kalau sampai di Freeport China masuk, maka AS bisa ngamuk. ''Ada latar sejarah masuknya AS ke Freeport, ada peran Amerika Serikat di situ, dan masuknya China ke Freeport, kalau sampai RI-Freeport gagal paham dan putus kontrak karya, maka Beijing masuk Freeport dan AS bakal kecewa bahkan bisa mengamuk merebut Papua,'' kata Muslim Arbi, inteligensia Islam yang tegas, yang juga anggota KAHMI dan mantan aktivis Masjid Salman ITB.
Muslim mengakui, korporasi Amerika Serikat (AS) ini diterpa sejumlah masalah yang membuat perusahaan tambang terbesar di dunia ini tidak bisa beroperasi secara normal. Mulai dari masalah polemik perpanjangan Kontrak Karya (KK), ketidakmampuan perusahaan ini melaksanakan UU Mineral dan Batubara (Minerba), gagalnya divestasi saham Freeport kepada pihak nasional, hingga masalah relaksasi ekspor konsentrat.
''Namun kalau AS sampai hengkang dari Freeport dan China masuk, saya tidak setuju karena bisa bahaya bagi integrasi nasional kita menyangkut keutuhan Papua sebagai bagian integral NKRI,'' katanya. ''AS memaksa Belanda hengkang dari Papua dengan imbalan AS masuk ke Freeport. Kita harus bermusyawarah dengan baik dan mencapai win-win solution dengan Freeport, jangan asal tendang Freeport secara emosional, sebab RRC yang masuk nantinya. Itu sama saja dari mulut singa masuk ke mulut Naga,'' kata Muslim Arbi.
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menuding PT Freeport Indonesia (PTFI) banyak tak mematuhi aturan.
Ada beberapa hal yang kasat mata disebut sang menko. Pertama, menurut Menko Luhut Panjaitan, Freeport sejak 2009 diwajibkan membangun industri pengolahan. Kedua, pemurnian mineral mentah (smelter) serta melakukan divestasi 51% saham secara bertahap. Namun, hingga kini kedua hal tersebut belum terwujud. Ketiga, soal adanya ancaman Freeport akan memangkas produksi, serta mengurangi sekitar 30 ribu tenaga kerja Indonesia. Sebagai perusahaan multinasional sekelas Freeport, pemangkasan produksi dan karyawan, bukanlah perkara sederhana.
Yang jelas, antara Freeport dan pemerintah, telah muncul konflik kepentingan dan sengketa. Sengketa dan polemik antara pemerintan dengan perusahaan penghasil emas, tembaga dan perak terbesar itu, terus berlarut.
Muslim arbi mengingatkan, Freeport telah menjadi ladang pertarungan (batleground) antara kekuatan global yang tengah berebut sumber daya alam yang sangat penting bagi perdangan global. Pertarungan ini kini malah menghadapkan AS dan China, dimana keduanya juga berhadap-hadapan di Indonesia. China melihat, kebijakan Donald Trump yang lebih berorientasi ke dalam menyebabkan perlindungannya kepada Freeport melemah.
''Sekali lagi, China berambisi masuk ke Freeport dan menguaai Papua, dan itu kolonialisme baru Tiongkok di Indonesia. Jadi, saya minta pemerintahan Jokowi-JK waspada soal Freeport ini, jangan sampai AS keluar Freeport, maka China masuk ke sana, kita pasti jatuh ke mulut Naga, '' kata Muslim Arbi.