
KONFRONTASI - Dua pekan lalu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, membawa Direktur Utama dari 3 bank BUMN ke Beijing, China. Rombongan Indonesia saat itu menandatangani perjanjian utang dengan Bank Pembangunan China (China Development Bank/CBD).
Menurut Deputi Bidang Jasa Keuangan Kementerian BUMN Gatot Trihargo, pinjaman US$ 3 miliar (Rp 42 triliun) yang diberikan China kepada PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) itu ditujukan untuk program pembiayaan infrastruktur dan perdagangan ekspor.
"Seperti Bapak dan Ibu ketahui, bahwa ada kunjungan resmi Bapak Jokowi (Presiden Joko Widodo) ke Jepang dan Tiongkok pada tanggal 26-28 Maret 2014, dan di dalam kunjungan tersebut ada beberapa MOU yang ditandatangani saat itu meliputi keuangan, industri infrastruktur dan sebagainya," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, di gedung DPR/MPR, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (29/9/2015).
Ia mengatakan, dari hasil MoU tersebut maka empat hari kemudian saat rapat kabinet paripurna di Jakarta, Jokowi memerintahkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian saat itu, Sofyan Djalil dan Rini untuk menindaklanjuti dua MoU antara kedua pemerintah.
"Dalam waktu 3 kali kunjungan ibu menteri (Rini) ke Beijing yaitu Maret, Juni, dan September setelah dilakukan pembicaraan berkali-kali, maka pada tanggal 16 September, disepakati untuk memberikan pinjaman lunak kepada 3 bank BUMN masing-masing US$ 1 miliar," katanya.
Pinjaman tersebut, kata Gatot, sifatnya adalah business to business (B to B) alias antar bank tanpa melibatkan pemerintah. Yang melakukan tanda tangan adalah direktur utama masing-masing bank dengan pihak bank China.
"Ibu Rini menyaksikan penandatangan tersebut di Beijing, kemudian dana yang ada 70% dalam denominasi dolar AS dan 30% denominasi renminbi. Nanti secara detil masalah bunga dan tenor 10 tahun, akan dijelaskan secara detil oleh bank-bank tersebut. Negosiasi antara CDB dan bank-bank dilakukan mereka dan kami hanya memantau tindak lanjut negosiasi tersebut," ujar Gatot.
Pada kesempatan yang sama Gatot juga menyampaikan posisi utang bank-bank pelat merah hingga akhir Juli 2015. Porsi utang luar negeri BUMN hanya 10,4% dari total, nah 1,3% di antaranya adalah milik bank BUMN.
"Kalau dari pemberi utang luar negeri yang ada, maka komposisi yang pertama adalah Singapura menduduki 5 besar sebagai pemberi pinjaman, kemudian Jepang, yang ketiga Amerika, Belanda, terakhir China. Dengan adanya dana masuk US$ 3 miliar, ini adalah sinyal positif bagi pemerintah bisa meningkatkan cadangan devisa yang mencapai US$ 103 miliar," jelasnya.(Jft/Detik)